Novel dan Usia

Ini postingan draft yang kesimpen lama bangeeet. Aku nggak nerusin karena sibuk, banyak kegiatan di sekolah yang membatasiku untuk mengakses chatbox dan komentar. Selain ide yang mentok juga sih, haha.

Beberapa hari (atau minggu?) yang lalu, aku buka tumblr, di dasbor ada postingannya Kak Izzati yang selalu ku tunggu-ku tunggu, ku nanti-nanti yeayyeayyeay yang selalu menginspirasi dan ngangenin. :3 Mau baca? Nih ...

http://theladybug.tumblr.com/post/115363178759

Gimana? Udah kan?
Nah, akhir Maret itu aku ke toko buku, awalnya niat mau beli Koala Kumal tapi stoknya habis, ya udah deh muter-muter di toko buku buat nyari novel. Dari novel sains fiksi kayak punyanya Dee Lestari, terus ke novelnya John Green, balik lagi ke novelnya PBC-Fantasteen, terus ke novel remaja.

Ada banyaaak bangeeet novel bersampul cantik yang menarik mata dan hati untuk segera membawa pulangnya. Yang diterbitin Bentang Pustaka, Bukune, Gagas Media, dan lain-lain. Terus seperti biasa, aku baca (ulang) sinopsis di bagian belakang buku. Biasanya aku udah baca reviewnya di Goodreads duluan sih sebelum pergi ke toko buku, ehehehe. Terus ngelist novel yang pingin dibeli, terus disesuain sama kantong, LOL. Tapi ... aku tuh .... nggak pernah beli novel sesuai umur ... kayak Kak Izzati. Ya random banget, tapi juga nggak kelewatan banget sih.

Kadang beli novel PBC yang ceritanya sederhana banget, pokoknya cocok buat bacaan ringan kalau lagi senggang gitu, sampai novel young adult yang agak 'berat' dan nggak selesai dibaca sekali duduk (((kayak cerpen aja Lif, sekali duduk habis))). Pernah beli juga novel yang alur ceritanya udah ke wedding, terus aku ngerasa, "Oh hai, apa aku baru aja ngebaca novel yang terlalu dewasa?". Aku selalu takut saat ngebaca novel yang bergenre agak dewasa gitu, FYI. Takut ada bagian yang harusnya diskip, ya yang gitu-gitulah pokoknya.

Dan setelah baca postingannya Kak Izzati, aku kayak dapet pencerahan.

Pas di toko buku itu, aku galau mau pilih novel yang mana. Semuanya bagus-bagus (ya iyalah kalau nggak bagus juga nggak bakal diterbitin) dan rasanya pingin banget buat naruh novel-novel itu ke rak bukuku. :") *ngode biar dikasih voucher novel wkwkwk*. Ada tiga buku yang aku jadiin pilihan, ada novel The Strawberry Surprise, Posesif, sama Sophia and Pink.

Tertarik sama TSS karena sampulnya yang unik, udah difilm-in lagi, pasti keren banget. Kalau sama Posesif, sampulnya juga unik, sinopsisnya juga bikin penasaran. Entah kenapa poin sampul itu mempengaruhi pembaca at the first sight menurutku. :B Kalau Sophia and Pink, sampul juga unik terus dulu pernah ada lomba buat ngereview novel itu terus jadi tertarik deh. Ehehe.

Nah, di depan rak toko buku itu aku bolak-balik ambil tiga novel itu.

Mau yang mana.
.
.
.
Tapi akhirnya, aku milih yang ...
.
.
.
.
.
.
.

https://blogbukufaraziyya.wordpress.com

Nggak tahu aja, aku milih yang itu. Aku pikir ceritanya keren. Padahal ya emang keren banget! :) Dan awal-awal aku beli itu, aku agak nyesel. Nggak tahu juga kenapa ... mungkin karena aku pinginnya TSS sama Posesif eh malah ngebawa pulang Sophia and Pink yaaa .... Dulu aku mikirnya emang gitu ... novelnya nggak asik ... nggak ada roman-romannya .... Iya ... itu dulu ....

Tapi setelah ngebaca postingannya Kak Izzati ... aku jadi beruntung. BERUNTUNG. Beruntung bangeeet, alhamdulillah aku membawa pulang Sophia and Pink. Ehhh, bukan berarti novel yang lain nggak bagus lhoooo. Aku ngerasa beruntung dan bersyukur karena aku membaca novel sesuai usiaku. Rasanya nyesel udah baca novel yang agak dewasa gitu, tapi ya udahlah diambil sisi positifnya aja. :))

Dan setelah baca itu juga, aku bertekad biar lebih selektif dalam membeli dan membaca buku. Walaupun nafsu buat membaca buku berbagai genre selalu susah buat dihilangin.
Aku berusaha buat milih buku yang sesuai dengan 'aku'. Meskipun sampulnya bagus, unik, dsb., kalau novel itu 'gak sesuai umurku', lebih baik dikembalikan ... karena ... ada pengetahuan yang belum jadi pengetahuan yang wajib untuk aku ketahui sekarang (Sri Izzati). Tapi yaaa, kayak katanya Kak Izzati (lagi),

Kalau udah merasa mampu mengatur, menempatkan pengetahuan dan pikiran kita dengan benar (seperti tau dan paham mana yang sudah pantas dan nggak/belum pantas)—yang mana menurutku, didapatkannya lewat proses tumbuh kembang kita dan bimbingan keluarga—ya go ahead. Pada akhirnya kebijakan dan kedewasaan kita sendiri yang Insya Allah akan menuntun kita ke hal-hal dan pilihan-pilihan yang baik dan benar.

Hihi, yaudah deh, semoga ngerti dengan apa yang udah aku sampaikan. Izin mau baca ulang Sophia and Pink dulu! :v