Friday, December 13, 2019

Tiap Selasa

Jalan Sosio Humaniora sedang direnovasi, November 2019

Aku tidak parkir di Pujale.
Kenapa? 

Karena pasti sudah penuh, sementara kelasku dimulai sebelum jam makan siang. Itu berarti aku harus parkir di kantong parkir yang lain—jangan di Masjid Kampus, aku sudah pernah mencoba tapi gagal.

Salah satu sudut di Pujale (Pusat Jajanan Lembah)

Itu berarti aku tidak melewati Jalan Sosio Humaniora yang memanjang dari gerbang FIB ke arah Fakultas Filsafat. Tidak bertemu anak-anak IUP Psikologi yang suka nyebat di bawah pepohonan depan selasar. Tidak melewati Taman Bank Indonesia, itu berarti tidak bertemu kamu.

rooftop Fakultas Filsafat dari tempat fotocopy

Kamu siapa? 

Ada, seseorang.

Beberapa hari lalu menemukan seseorang di Kantin Bonbin. Orangnya tinggi, tidak kurus tapi tidak gendut, rambutnya panjang melewati bahu dan agak bergelombang—sering diurai, namun sekali diikat menjadi sangat rapi, dan kerap mengenakan batik. Pakaian favorit lainnya adalah kemeja. Tipikal lelaki yang kemejanya tidak dikancingkan dan menyingsingkan lengannya hingga siku.

Orang itu, kalau tidak di Bonbin, ya di sekitar tempat itu. Dia sering merokok sambil bercengkrama dengan teman-temannya di sana. Di jam-jam berapapun. Tiap aku keluar kelas dan hendak pulang ke rumah. Mungkin dia salah satu ‘singa’ di sana.

pra-renovasi Jalan Sosio Humaniora, tempat nyebat anak-anak

Sudah tahu Bonbin?

Bonbin sekarang adalah sebutan populer untuk kantin di dekat Taman Bank Indonesia. Namun dulu, menurut salah satu informan yang dulu merupakan penghuni Bonbin, Bonbin adalah kantin yang terletak di dekat FIB.

diambil ketika menunggu pesanan wafel dari Bonbin bagian 'dalam'

“Dinamakan Bonbin (Kebon Binatang) karena isinya seperti ‘hewan-hewan’. Tapi hewan di sini beradu argumentasi tentang berbagai hal, dari ekonomi, politik, sampai sastra. Ada banyak harimau dan singa dengan pemikiran-pemikiran luar biasa.”

Sepertinya Bonbin zaman dulu berada di dekat sini, jalan dekat gerbang utara FIB yang langsung tembus Musholla Al Adab.

Kalau tidak lewat jalan yang di atas tadi, aku lewat sini.

Kalau lewat jalan kecil yang banyak bunga di kanan-kirinya, nanti ketemu gedung ini, namanya Gedung RM Margono. Anak Arkeologi, Sastra Jawa, dan mahasiswa S2 biasanya di sini. (fotonya diambil malam hari pada saat malam Kirab Budaya Inaugurasi 2019)

Nah, nanti sampai sini, menuju tangga darurat Gedung Soegondo. Yang di sebelah kanan itu Gedung RM Margono yang tadi. Aku kasih tahu, kalau lihat langit dari sini bagus sekali.

Senja dari sisi selatan Gedung Soegondo, gedung tempat kita belajar ya, Mas? Yang ada payung-payung di bawah, itu kantin. Letaknya memang di basement.

**

Pada suatu Selasa sore yang tidak lagi panas dan cenderung dingin. Ditemani angin sepoi-sepoi yang menembus paving blok yang sudah butuh perbaikan (yang akhirnya terealisasi beberapa bulan berikutnya). Hari ini senjanya merah merata, aku ingin lihat kamu di sana. Di Jalan Sosio Humaniora. Kalau bertukar sapa masih terasa jauh, melihat kamu saja hatiku sudah penuh.

Foto Jalan Sosio Humaniora sudah ada di bagian atas, kali ini ada pemandangan suasana sore di FIB dari 7th Sky Soegondo. Sudah indie belum dengan para mahasiswa yang nyanyi dan gitaran di atas rerumputan, beberapa diskusi di bangku-bangku hijau, ada juga yang memilih bersantai di Saung Sumba. Satu lagi, mereka yang bersiap mendirikan salat di sekitar Musholla Al Adab.

Bonus pemandangan Gedung Batre, masih dari 7th Sky Soegondo.

**

NB:
Kini, tidak cuma tiap Selasa, aku tidak parkir di Pujale. Tiap hari aku lebih memilih berjalan lebih jauh dari Perpustakaan Pusat sejak suatu malam yang malang. Sudah cukup sekali saja, motorku dirantai dan ban belakang digemboskan bersama beberapa motor lain di Pujale karena kami melewati jam batas parkir—mewarnai euforiaku menjadi mahasiswa baru.

Jalan pulangku, Perpustakaan Pusat tersayang
            
Rasanya masih agak trauma dengan satpamnya. Doakan saja, semoga segera terobati agar aku bisa meromantisasi perjalananku lagi. Siapa tahu, aku bisa bertemu lagi denganmu. Kalau tidak bisa bertukar sapa, ya sudah, saling pandang saja.

**

Tulisan ini pertama kali ditulis di tumblr, kemudian direvisi kembali untuk diikutsertakan dalam Sayembara Buah Pena FIB 2019. Rabu lalu mendapat kabar bahwa tulisan ini jadi Juara 2. 
Tulisan yang berisi curhatan ini memang berdasarkan kisah nyata, maka foto-foto yang dimuat adalah koleksi pribadi, diedit dengan RNI Films (bisa diunduh di App Store).
Foto 'kamu', kapan-kapan saja, ya?
x

3 comments:

  1. ternyata masih sama :), ".....rambutnya panjang melewati bahu dan agak bergelombang—sering diurai, namun sekali diikat menjadi sangat rapi,... ", apa kabar yang di deket rumah?, haha. Mantappu Jiwaa, terus berkarya wahai euniaa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. WKWKW sepertinya akan selalu sama :))
      yang di dekat rumah tetap di sana, baik selalu, semoga.

      terima kasih sudah membaca!

      Delete
  2. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.cc

    ReplyDelete

Just write your thoughts.